Kayaknya semua orang
pasti punya atau at least pernah
pakai yang namanya sandal atau sendal. Alas kaki yang satu ini emang praktis
dan udah jadi bagian yang gak terpisahkan dari keseharian kita. Biasanya sandal
dipakai saat cuaca panas, makanya alas kaki ini sering jadi andalan orang
Indonesia dalam beraktivitas.
But, did you know? Sandal sudah dikenal sejak
zaman Mesir Kuno lho. Kemudian alas kaki ini diadopsi oleh orang Yunani dan
Romawi Kuno. Pada waktu itu sol sandal masih terbuat dari gabus, dengan bagian
penutupnya terbuat dari kulit yang dijahit dengan bagian alas, dan bagian jari
kaki dibiarkan terbuka, serta dilengkapi dengan sabuk atau tali supaya gak
terlepas dari kaki si pemakai.
Dulu, sandal dipakai
karena kepraktisannya dan kurang dianggap cool
karena bentuknya yang terbuka dan memperlihatkan kaki kita. Sekarang, sandal
sudah jadi salah satu aspek dalam fashion.
Tapi tau gak sih kamu
kalau setiap negara punya nama sandal masing-masing dan model yang
berbeda-beda? Mau tau seperti apa bentuknya? Here we go…
Sandal Jepit
Siapa sih yang gak tau sandal jenis ini ? Sandal jenis ini bisa
dibilang paling praktis dan nyaman dipakai (asal gak putus aja hehehe…). Buat
yang belum tau, sandal jepit memiliki tali berbentuk huruf ‘V’ yang
menghubungkan bagian depan dan bagian belakang sandal. Bagian bawah sandal
umumnya rata tanpa heels, sedangkan
bagian atasnya tanpa penutup. Sandal ini dipakai dengan menempatkan poros
bagian depan tali sandal di antara ibu jari dan telunjuk kaki supaya gak
terlepas dari kaki pemakainya.
Sandal jepit di Amerika
disebut sebagai flip-flops, thongs, atau beach sandal. Seusai Perang Dunia II, prajurit Amerika pulang ke
tanah air mereka dengan membawa oleh-oleh sandal jepit dari Jepang. Bahkan
semasa perang, prajurit Jepang juga membuat sandal dari ban bekas.
Sekadar trivia, ternyata ada sandal jepit yang
harganya mencapai US$18.000 (http://forum.viva.co.id/aneh-dan-lucu/167076-ini-dia-sandal-jepit-termahal-di-dunia-cuma-rp150-juta.html) lho! What’s so special about these flip-flops?
Ternyata sandal jepit ini dilukis dengan tangan oleh David Palmer, seniman asal
Los Angeles. Hasil penjualan dari sandal jepit ini pun akan digunakan untuk
tujuan amal, yaitu untuk menyelamatkan hutan hujan. Selain itu, kalau membeli
sandal jepit ini kamu juga akan mendapat sertifikat keaslian dan tas eco-friendly dari Chipkos, bertemu
langsung dengan sang seniman, serta menginap gratis selama 2 malam di Montage
Hotel, Beverly Hills.
Bakiak
Telapak sandal ini terbuat dari kayu dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku di kedua sisinya, sehingga tahan air serta suhu panas dan dingin. Sandal ini sangat populer terutama di masa krisis ekonomi karena harganya yang murah
Di Jawa Timur, bakiak disebut sebagai bangkiak, sementara di Sumatera Barat disebut sebagai terompa galuak. Diperkirakan bakiak terinspirasi dari Jepang dengan para geisha yang biasa memakai alas kaki dengan telapak kayu ini.
Dulu, bakiak masih belum banyak
motif dan model, tetapi sekarang udah banyak kreasi-kreasi menarik yang dibuat
para pengrajin bakiak buat mempertahankan supaya bakiak
gak kalah terkenal (http://www.tokoon.com/Product/Detail/18115/0/0/2/kerajinan-bakiak-lukis-bunga-biru.html) dengan sandal-sandal zaman
sekarang.
Klompen
Sandal berbentuk selop asal Belanda
ini terbuat dari kayu yang tebal dan berat. Dalam bahasa Inggris, sandal ini
disebut clog. Dulu klompen dikonotasikan dengan
alas kaki murah yang sering dipakai para petani dan pekerja, tapi sekarang
klompen mulai dianggap sebagai bagian dari fashion.
Klompen juga dipakai dalam berbagai
gaya tarian. Saat dipakai, fitur yang paling signifikan adalah bunyi klompen
yang beradu di lantai. Mirip seperti tap
dancing, tapi bunyi yang dihasilkan berbeda.
Patten
Sandal ini mulai muncul di Eropa
pada abad pertengahan (http://en.wikipedia.org/wiki/Patten_%28shoe%29) sampai awal abad ke-20. Sandal ini
dipakai di luar ruangan dan berfungsi untuk melindungi kaki dari lumpur serta
kotoran hewan, serta lebih sering dipakai oleh para budak pada masa itu.
Patten terbuat dari kayu dan alas
metal, serta disangga dengan sabuk kulit atau kain. Dalam perkembangan fashion, patten telah berevolusi dan gak
lagi jadi sebagai alas kaki biasa, tapi udah didesain sebagai trend masa kini.
Huarache
Sandal yang berasal dari Meksiko ini
memiliki ciri khas berupa anyaman (http://en.wikipedia.org/wiki/Huarache_%28shoe%29) dengan materi kulit. Alas kaki ini
sudah ditemukan sejak ratusan tahun lalu dan sangat terkenal di kalangan
penduduk asli Meksiko.
Sandal ini mulai
bervariasi pada tahun 1930. Penggunaan karet dari ban mobil untuk sol pada sandal
ini pun jadi populer, mengingat harganya yang lebih murah.
Caligae
Sandal ini dulu sering
dipakai oleh tentara legiun pada masa Kekaisaran Romawi, serta oleh semua
jajaran termasuk perwira. Sandal ini menjadi simbol (http://en.wikipedia.org/wiki/Caligae) dari ekspansi kerajaan
dan juga menjadi salah satu bagian busana paling simbolis dari budaya Romawi
kuno.
Sandal yang tepat gak
dipakai di luar ruangan oleh orang Romawi, melainkan sebagai alas kaki dalam
ruangan. Bahkan terkadang sandal dibawakan oleh para budak untuk diganti saat
acara tertentu, seperti perjamuan misalnya.
Paduka
Sandal ini merupakan alas kaki India (http://en.wikipedia.org/wiki/Paduka) yang paling tua dan
klasik. Bentuknya pun sangat simple,
hanya berupa sol dengan tonggak dan kenop untuk menyangga antara ibu jari dan
telunjuk kaki. Tepatnya seperti sandal jepit tanpa tali. Gak kebayang gimana
susahnya jalan dengan sandal ini hehehe…
Sandal ini dibuat
mengikuti bentuk kaki dengan variasi bahan material, seperti kayu, gading,
bahkan silver. Paduka yang terbuat dari kayu sederhana dipakai oleh masyarakat
biasa, sementara paduka yang terbuat dari kayu jati, kayu hitam, dan kayu
cendana, yang bertatahkan gading atau kawat biasa dipakai oleh masyarakat
dengan status yang lebih tinggi.
Kira-kira itulah
jenis-jenis sandal dari beberapa negara yang cukup terkenal. Sebenernya masih
ada banyak lagi jenis-jenis sandal lainnya, tapi aku pilih yang bentuknya
paling unik sekaligus paling terkenal. Kalau ada yang mau nambahin monggo lho…
No comments:
Post a Comment